BTN meluncurkan BTN Housing Index (BTNHI) untuk membantu pemerintah atau pengembang, bahkan masyarakat terkait bisnis pembiayaan perumahan. Indeks bisnis pembiayaan perumahan secara nasional akan tersaji di sini.
“Ini bisa dipakai sebagai salah satu pertimbangan teknis dalam pengambilan kebijakan atau keputusan bisnis menyangkut perumahan,” ujar Mansyur S. Nasution, Direktur Bank BTN, usai meresmikan Office of BTN Housing Finance Center, di Menteng, Jakarta Pusat, Senin, (20/14/2015).
Mansyur mengatakan, data yang ada sangat terukur karena potret yang dipakai adalah kredit-kredit yang disalurkan Bank BTN pada industri perumahan secara nasional. Data-data tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui potensi bisnis pembangunan perumahan pada wilayah tertentu, sekaligus untuk melihat pertumbuhan harga-harga properti di daerah.
“Ini penting dalam pengambilan kebijakan, terutama bagi stakeholder menyangkut program perumahan nasional. Kami optimistis indeks ini akan menjadi bagian strategis dalam pengembangan bisnis pembiayaan perumahan di Indonesia karena dikelola langsung dari sumbernya,” jelas Mansyur.
Yang menarik, lanjut dia. BTNHI tidak sama dengan Indeks Harga Properti Residensial Bank Indonesia. BTNHI dihitung berdasarkan transaksi riil nasabah Bank BTN, sedangkan HPRBI berdasarkan harga listing pengembang yang dijadikan responden.
“Determinasi harga dalam BTNHI mencakup primer dan sekunder. HPRBI hanya mencakup harga sekunder. Kami berharap BTNHI dapat melengkapi data yang sudah ada saat ini dengan layanan yang berbeda,” tambahnya.
Sebagai contoh, Mansyur menjelaskan, BTNHI untuk rumah tapak secara nasional tipe di bawah 36 m2 tumbuh melambat pada triwulan IV tahun 2014 setelah pada periode-periode sebelumnya mengalami kenaikan. BTNHI untuk tipe ini tercata sebesar 118,9 atau tumbuh 3,84% (qoq).
Adapun harga rata-rata tipe rumah pada jenis ini naik 3,99 persen atau tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan II dan III tahun 2014 yang masing-masing naik 8,55% dan 8,79%. Harga rata-rata untuk tipe ini tercata sebesar Rp.221,3 Juta pada Triwulan IV tahun 2014.
Sementara itu, kehadiran Office of BTN HFC dapat dijadikan pengelola pusat pembelajaran perbankan dan riset perumahan yang profesional. BTN HFC dapat menjadi sumber referensi para pelaku bisnis di bidang pembiayaan perumahan.
Saat ini BTN HFC sudah dapat dimanfaatkan sebagai learning center edukasi perbankan dan pembiayaan perumahan Indonesia. Berbagai bentuk program pelatihan mulai seminar, workshop dan short course yang bersertifikasi serta online subscription sebagai portal ilmu pengetahuan sudah dilakukan.
“Fungsi sebagai research center sudah dihasilkan dalam bentuk BTN Housing Index,” kata Mansyur. (sumber:kompas.com)